Senin, 05 Juni 2017

lubang kalam 13 kota Kampar

Bagi masyarakat Riau dan Sumatera Barat (Sumbar), bahkan Sumatera pada umumnya, Lubang Kalam yang terletak antara Tanjung Balik Muara Mahat dan jembatan Rantau Berangin, bukanlah hal yang asing lagi. Kini lubang yang membentang waktu itu telah menjadi bagian cerita terpenting dalam sejarah perkembangan Sumatera Barat (Sumbar) dan Riau di masa silam.

Laporan Kunni Masrohanti, Kampar

Lubang Kalam. Lubang yang dimaksud di sini bukan lubang biasa yang hanya berukuran satu atau dua meter, tapi lubang panjang yang merupakan jalan umum berupa sebuah terowongan. Sedangkan kalam (bahasa Minang, red), berarti gelap. Lubang Kalam berarti lubang gelap atau sebuah terowongan yang gelap.

Memaknai Lubang Kalam, terkesan seram. Tapi, tidaklah seseram yang dibayangkan. Terowongan ini cukup panjang. Dibangun tahun 40-an. Saat itu, Lubang Kalam juga menjadi satu-satunya jalan penghubung dari Riau ke Sumbar.

Setelah tahun 90-an, Lubang Kalam tidak lagi berfungsi sebagai jalan lalu lintas karena sebagian jalan lintas di kawasan ini terendam oleh air Danau PLTA Kotopanjang. Air ini juga merendam desa-desa di sepanjang tepian kawasan ini.

Terlalu banyak cerita yang tersembunyi di dalam Lubang Kalam ini. Lubang ini dibangun oleh Negara Jepang. Jepang menjajah Indonesia selama 3,5 tahun yakni dalam kurun waktu 1942-1945. Meski tidak selama Belanda yang menjajah Indonesia selama 3,5 abad, tapi penjajahan yang dilakukan Jepang lebih keji dari Belanda.

Seperti Lubang Kalam, Danau PLTA yang berada di kawasan Lubang Kalam ini juga dibangun Jepang. Banyak yang dibangun Jepang di Indonesia baik sebelum atau setelah Indonesia Merdeka. Begitu juga di Riau. Diantaranya Lubang Kalam dan pembangunan PLTA Koto Panjang.

Lubang Kalam hingga kini masih utuh. Sama seperti sebelumnya. Pemerintah setempat, yakni Kabupaten Kampar, menjadikan Lubang Kalam sebagai tempat wisata. Bahkan sebelum masuk ke kawasan Lubang Kalam ini dibuat sebuah pintu gerbang bertuliskan �Wisata Lubang Kalam�.

Dibukanya Lubang Kalam sebagai tempat wisata seolah ingin menguak kembali berbagai kenangan yang pernah terjadi di tempat ini. Ya, termasuk seperti apa Riau dan Sumbar tempo dulu sebelum jalan baru dibuka.

Posisi Lubang Kalam berada sebelum jembatan Rantau Berangin dari arah Sumbar atau setelahnya dari arah Riau. Berbagai desa yang dilalui sebelum Lubang Kalam dari arah Sumbar melalui jalan lama yakni Payakumbuh, Lubuk Bangku, Hulu Aia, Koto Alam, Lubuk Jantan, Manggilang, Pangkalan, Tanjung Balik Muara Mahat dan Lubang Kalam. Baru kemudian jembatan  Rantau Berangin, Salo, Bangkinang, Kampar, jembatan Danau Bingkuang, Rimbo Panjang dan Pekanbaru.

Pada saat Lubang Kalam masih berfungsi sebagai jalan umum, kendaraan umum dari Sumbar juga cukup banyak. Antara lain Gagak Hitam, Mesar Sari, Merah Sungai, Gumarang, Sinar Riau, Cindurmato, Kampar Jaya dan Sinar Riau. Mobil-mobil penumpang inipun sekarang sudah tidak beroperasi lagi.

Melalui Lubang Kalam inilah berbagai sembako didistribusikan dari Sumbar ke Riau. Seperti beras, sayur mayur, cabe, semen dan lainnya. Ini semua merupakan komoditi penting dari Sumbar. Sementara, barang-barang elektronik dan kebutuhan lain dari Luar Negeri seperti karpet, guci, pernak-pernik dari Malaysia atau Singapura, dipasok ke Sumbar melalui Riau melalui Lubang Kalam ini.

Ketika musim liburan tiba, Padang, Bukittinggi dan tempat-tempat wisata di Sumbar dipenuhi kendaraan plat BM dari Pekanbaru. Sementara Mall, Plaza dan Pusat Perbelanjaan di Pekanbaru disesaki wisatawan domestic yang turun dari kendaraan berplat BA yakni Sumbar. Lalu lalang perjalanan mereka semua melalui Lubang Kalam.

Tidak ada yang berubah pada Lubang Kalam ini. Tembok batunya masih sama. Tidak ada cat atau sesuatu yang mewarnainya. Bukti t-bukit yang berada di kanan kirinya juga masih utuh. Hijau dan rimbun. Tetetan-tetesan air dari puncak bukit juga masih terlihat. Bahkan ada juga yang menetes ke dalam Lubang Kalam.

Di dalam Lubang Kalam sangat gelap. Tidak ada lampu atau cahaya lainnya. Di sini juga tinggal ratusan kelelawar. Bau tahi kelalawar cukup menyengat. Suasana ini masih bisa dinikmati pengunjung dengan masuk ke dalam Lubang Kalam dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat. Hanya bisa untuk satu mobil. Jika ada mobil dari arah berlawanan, maka salah satunya harus mengalah. Mundur!

Di ujung Lubang Kalam, ada ruang cukup luas untuk tempat parkir. Jarak sekitar 200 meter dari ujung Lubang Kalam, terlihatlah sungai yang bermuara ke Danau PLTA. Bahkan mesin PLTA yang besar terlihat jelas dari pinggir sungai ini. Banyaknya kisah dan sejarah yang terukir di dalam lubang inilah yang membuat Pemerintah Kabupaten Kampar menjadikannya sebagai pusat wisata sejarah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

islamic center kota bangkinang

Bangkinang adalah ibukota Kabupaten Kampar di Provinsi. Kota ini terkenal dengan julukannya sebagai kota “Kota Beriman” (bersih, indah ...